Wednesday, November 29, 2006

Risalah Pergerakan

Risalah Pergerakan
Ikhwanul Muslimin - 1

Sekilas tentang Imam Syahid Hasan Al Banna
Imam Syahid Hasan bin Ahmad bin Abdurrahman Al Banna lahir tahun 1906 di kota Mahmudiyah dekat Iskandariyah. Setelah menyelesaikan kuliahnya di Darul Ulum – Kairo, kemudian menjadi guru sekolah dasar namun profesi sesungguhnya adalah sebagai penyeru umat agar mengamalkan Al Qur’an dan berpegang teguh pada sunah nabi yang agung, Muhammad saw.
Ismailiyah adalah tempat dimana kantor pertama ikhwanul Muslimin didirikan dimana dakwahnya tersebar secara meluas melalui serangkaian ceramah dan penerbitan. Tuntutan dakwah selanjutnya membuat beliau mengunjungi semua kota dan desa. Dalam waktu singkat, gerakan dakwah beliau memiliki cabang hampir diseluruh penjuru Mesir. Beliau kemudian mendirikan “Ma’had Ummahatul Muslimin“ di Ismailiyah sebagai tempat pendidikan Islam khusus bagi para Muslimah. Beberapa waktu kemudian kantor pusat ikhwanul Muslimin pindah ke Kairo ibu kota Mesir.
Beliau memperkenalkan Islam sebagai aqidah dan ibadah, tanah air dan kebangsaan, kelembutan dan kekuatan, moral dan budaya, serta hukum.
Didepan kantor pusat organisasi “Asy-Syubbanul Muslimun“, sekelompok orang tak dikenal memuntahkan peluru-peluru makar mereka, setelah itu mereka menghilang. Dengan tenaga sisa beliau membawa tubuhnya ke rumah sakit, namun tak seorang dokter pun yang bersedia menangani lukanya, bahkan pengikutnya tidak boleh menjenguknya. Tahun 1949, dua jam setelah penembakan itu beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir dan gugur syahid di jalan Allah swt. Beliau telah mewariskan sejumlah karya cemerlang, dua diantaranya adalah : Mudzakiraat Ad Dakwah wa Da’iyah (Catatan Harian Dakwah dan Sang Da’i) dan Majmu’ah Rasail (kumpulan surat-surat) yang sekarang akan kita bahas.

Dakwah Kami
Keterusterangan yaitu berterus terang dengan tujuan, metode kepada semua orang sehingga dapat membimbing mereka menuju dakwah kami.
Kesucian yaitu misi dakwah yang bersih dan suci dari ambisi pribadi, kepentingan dunia dan hawa nafsu. Tidak mengharap harta, imbalan, popularitas atau ucapan terima kasih yang diharap hanyalah pahala dari Allah. QS. Yusuf : 108.
Kasih sayang yang kami inginkan agar umat tahu bahwa mereka lebih kami cintai daripada diri kami sendiri dan kami bangga jika gugur sebagai penebus bagi kehormatan mereka jika diperlukan atau menjadi harga bagi tegaknya kejayaan, kemuliaan dan terwujudnya cita-cita mereka jika memang itu harga yang harus dibayar.
Semua keutamaan hanyalah milik Allah. QS. Al Hujurat : 17. Cukup bagi kami keyakinan bahwa Allah swt, mengetahui itu semua. Dialah yang menanggung kami dengan dukungan-Nya dan mengiringi dengan bimbingannya, di tangan-Nya-lah berada semua kunci dan kendali hati manusia.
Dalam mensikapi Dakwah ini ada empat golongan obyek dakwah ;
1) Golongan Mukmin, yaitu yang meyakini kebenaran dakwah, percaya pada perkataan, mengagumi prinsip-prinsip dan menemukan padanya kebaikan yang menenangkan jiwanya.
2) Golongan yang ragu-ragu, yaitu mereka yang belum mengetahui secara jelas hakekat kebenaran dan belum mengenal makna keikhlasan serta manfaat dibalik ucapan-ucapan kami.
3) Golongan yang mencari keuntungan, yaitu kelompok yang tidak ingin memberikan dukungan kepada kami sebelum mereka mengetahui keuntungan materi yang dapat mereka peroleh sebagai imbalannya.
4) Golongan yang berprasangka buruk, yaitu orang-orang yang selalu berprasangka buruk kepada kami dan hatinya diliputi keraguan atas kami.. QS. Al Qashash : 56.
Melebur, QS. At Taubah : 24. Dakwah hanya mengenal sikap totalitas, siapa yang bersedia untuk itu maka harus hidup bersama dakwah dan dakwah pun melebur dalam dirinya. Siapa yang lemah maka akan terhalang dari pahala mujahid kemudian akan digantikan dengan generi yang lebih baik. QS. Al Maidah :54.
Kejelasan, yaitu ideologi yang jelas, definitif dan aksiomatik merupakan jalan menuju pembebasan, kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup ini.
Dua iman, kami maupun umat kami sama-sama beriman dan meyakini ideologi tersebut , yang membedakan adalah iman yang ada dalam diri mereka tertidur sehingga tidak memiliki daya dorong yang kuat yang membuat mereka mau melaksanakan segala konsekwensi keimanan tersebut. Karena iman begitu kuat, penuh elan vital dan senantiasa menggelora dalam jiwa Ikhwanul Muslimin.
Dakwah Ikhwanul Muslimin adalah seruan kepada suatu ideologi. Karena kini banyaknya ideologi, isme dan aliran pemikiran yang saling berpacu mempengaruhi pikiran dan perasaan khalayak baik di Timur maupun di Barat.
Sang penyeru isme tersebut kini tampil lebih intelek, lebih profesional dan lebih terlatih khususnya di negara-negara Barat.
Sarana untuk menyeru saat ini juga berbeda dengan sebelumnya yang disebarkan melalui khutbah, pertemuan atau surat-menyurat. Sekarang melalui penerbitan majalah, koran, film, panggung teater, radio, dan media lainnya yang beragam hingga menembus hati khalayak baik pria dan wanita di rumah, di toko, di pabrik bahkan di sawah. Karenanya wajib bagi pengemban misi dakwah untuk menguasai sarana tersebut.
Islam kami adalah sebuah sistem nilai yang komprehensif, mencakup seluruh dimensi kehidupan yang memberikan solusi atas berbagai masalah vital dan kebutuhan akan berbagai tatanan untuk mengangkat harkat kehidupan manusia berpedoman kepada kitab Allah, sunah Rasulullah saw dan sirah salafus shalih karena sirah kaum salaf adalah contoh aplikatif dari perintah Allah dan ajaran Islam.
Sikap kami terhadap berbagai isme ;
1) 1. Nasionalisme atau paham kebangsaan
a. Nasionalisme Kerinduan, adalah cinta tanah air, keberpihakan padanya dan kerinduan yang terus menggebu terhadapnya sebenarnya sudah tertanam dalam fitrah manusia.
b. Nasionalisme Kehormatan dan Kebebasan, adalah keharusan berjuang membebaskan tanah air dari cengkeraman imperialisme, menanamkan makna kehormatan dan kebebasan dalam jiwa putera-putera bangsa. Kami pun sepakat, QS. Al Munafiqun : 8 dan An Nisa : 141.
c. Nasionalisme Kemasyarakatan, adalah memperkuat ikatan kekeluargaan antara anggota masyarakat atau warga negara dengan menunjukkan cara-cara memanfaatkan ikatan itu untuk mencapai kepentingan bersama. Islam menganggap itu adalah kewajiban.
d. Nasionalisme Pembebasan, adalah membebaskan negeri-negeri lain dan menguasai dunia. Islam pun mewajibkan hal tersebut, QS. Al Baqarah : 193.
e. Nasionalisme Kepartaian, jika yang dimaksudkan adalah memilah umat menjadi kelompok yang saling bermusuhan dan berseteru satu sama lain, mengikuti sistem nilai buatan manusia yang diformulasi sedemikian rupa untuk memenuhi ambisi pribadi sementara musuh terus mengobarkan api permusuhan sehingga umat berpecah-belah dalam kebenaran dan hanya bisa bersatu dalam kebatilan sampai tidak bisa menikmati buah persatuan ibarat menghancurkan rumah yang telah dibangunnya sendiri. Maka itu pasti Nasionalisme palsu yang tidak akan membawa kebaikan bagi penyeru maupun masyarakat luas.
2. Batasan Nasionalisme Kami ditentukan oleh aqidah sementara mereka ditentukan oleh teritorial wilayah negara dan batas-batas geografis. Bagi kami setiap jengkal tanah di bumi ini, dimana di atasnya ada seorang muslim yang mengucapkan ’Laa Ilaaha Illallah’, maka itulah tanah air kami.
3. Tujuan Nasionalisme Kami
Setiap Muslim harus mengangkat bendera Islam setinggi-tingginya disetiap belahan bumi bukan untuk mendapatkan harta, popularitas dan kekuasaan atau menjajah bangsa lain tapi untuk mencari ridho Allah dan memakmurkan dunia dengan bimbingan agamanya.
Persatuan, Islam sebagai agama persatuan dan persamaan menjamin kekuatan ikatan itu selama masyarakat tetap tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa. QS. Al Mumtahanah : 8.
2) 1. Kebangsaan
a. Kebangsaan Kejayaan, bahwa generasi penerus harus mengikuti jejak para pendahulunyadalam mencapai kejayaan, kebesaran dan kecemerlangan. Generasi penerus harus menjadikan para pendahulunya sebagai panutan. Kami pun sejalan dengan mereka.
b. Kebangsaan Umat, adalah anggapan bahwa suatu kelompok etnis atau sebuah komunitas masyarakat adalah pihak yang paling berhak memperoleh kebaikan-kebaikan yang merupakan hasil perjuangannya. Setiap kita dituntut untuk bekerja dan berjuang, dimana setiap kelompok harus mencapai tujuan dalam posisi mana saja ia berada dan dengan izin Allah bertemu di medan kemenangan, maka inilah pengelompokan terbaik.
c. Kebangsaan Jahiliyah, adalah menghidupkan tradisi jahiliyah yang sudah lapuk, kembali ke masa lalu yang sebenarnya telah digantikan oleh peradaban baru yang lebih mendatangkan maslahat.Hal tersebut merupakan makna buruk yang akan menjerumuskan bangsa-bangsa Timur pada kebinasaan dan penderitaan yang panjang. QS. Muhammad : 38
d. Kebangsaan Permusuhan, adalah membangga-banggakan etnis sampai pada tingkat melecehkan dan memusuhi etnis lain serta berjuang demi eksistensinya sendiri seperti yang pernah diserukan Jerman dan Italia. Hal ini menggiring masyarakat kepada anarkhisme, saling membunuh sesama hanya karena sebuah waham (pemikiran yang rancu) yang jauh dari hakekat kebenaran.
2. Kami hanya percaya kepada yang pernah diucapkan Rasulullah saw., manusia sempurna dan guru terbaik yang mengajar manusia tentang kebaikan, “Sesungguhnya Allah telah menghilangkan fanatisme Jahiliyah serta pengagungan mereka terhadap nenek moyang dari kalian. Manusia itu berasal dari Adam, dan Adam itu berasal dari tanah. Tak ada keutamaan seorang Arab atas Ajam (selain Arab) kecuali dengan ketaqwaannya“.
3. Bangsa Arab memiliki banyak keistimewaan dibanding bangsa-bangsa lain. Tetapi ini bukan alasan bagi bangsa Arab untuk memusuhi bangsa-bangsa lain. Keistimewaan itu harus digunakan untuk merealisasikan amanah yang dibebankan kepada setiap bangsa.
4. Kami diikat oleh sebuah ikatan yang suci dan luhur yakni ikatan aqidah. QS. Al Hujurat : 10 dan QS. Al Mumtahanah : 8-9.
Menyikapi perbedaan-perbedaan mazhab
1. Berhimpun bukan berpecah-belah, kami ingin menyatukan seluruh perhatian, pikiran dan potensi agar kerja kita lebih bermanfaat, tepat guna dan menghasilkan sesuatu yang lebih besar. Karena musibah terbesar adalah perpecahan.
2. Perbedaan itu sesuatu yang niscaya, mustahil manusia bisa bersatu dalam masalah-masalah tersebut, karena beberapa alasan :
a. Perbedaan kapasitas intelektual dalam memahami dan menangkap kedalaman makna-makna dalil serta dalam mengambil putusan hukum
b. Perbedaan dalam hal keluasan ilmu para ulama
c. Perbedaan lingkungan menyebabkan terjadinya perbedaan dalam pola penerapan hukum.
d. Perbedaan tingkat ketenangan hati dalam menerima suatu riwayat.
e. Perbedaan dalam menentukan tingkat kekuatan dalil kepada hukum tertentu.
3. Ijma’ dalam masalah furu itu mustahil, Islam ditata sedemikian rupa oleh Allah sehingga mudah, fleksibel, bebas dari kebekuan dan ekstrimisme.
4. Maaf kami kepada semua penentang kami, yang berbeda dalam masalah furu’. Kami sama sekali tidak melihat bahwa perbedaan itu akan menghambat proses menyatukan hati, saling mencintai dan kerjasama dalam menegakkan kebenaran dan kebaikan.
5. Menuju solusi, kekuatan dan kelemahan, keremajaan dan ketuaan suatu bangsa adalah sama dengan kekuatan dan kelemahan, keremajaan dan ketuaan seseorang. Yang tadinya sehat tiba-tiba tergeletak lemah dan digerogoti berbagai penyakit. Kondisi tersebut hanya bisa sembuh dengan adanya 3 hal ; mengetahui letak penyakit, sabar dalam menjalani tuntutan pengobatan dan adanya dokter yang melakukan pengobatan itu, hingga Allah berkenan menyembuhkannya dengan sempurna.
6. QS. Qashash : 1-6. Ikhwanul Muslimin tidak pernah pesimis dan putus asa dari mengharap pertolongan Allah, betapa pun banyaknya rintangan. Dengan berbagai harapan, bekerja dengan penuh kesungguhan dan hanya Allah-lah tempat memohon pertolongan. Tiga hal pemikiran Ikhwanul Muslimin itu berpusat pada :
a. Manhaj yang benar dalam Al Qur’an, sunah dan hukum-hukum Islam yang dipahami dengan bersih, segar, dan jauh dari berbagai penetrasi paham-paham lain.
b. Pendukung yang beriman, selalu yakin dengan pikiran, tujuan dan percaya pada pertolongan Allah atas mereka selama berbuat untuk-Nya dan atas dasar petunjuk Rasul-Nya saw.
c. Pemimpin yang kuat dan terpercaya, taat pada pemimpin dan dibawah bendera pemimpin itu mereka bekerja.
Gambaran tentang dakwah adalah ungkapan yang sarat dengan makna. Marilah kita saling berjabatan tangan dan berjanji setia untuk bekerja bersama di jalan ini. Biarlah Allah yang akan memberikan petunjuknya kepada kami dan kamu sekalian. Cukuplah Dia bagi kami sebaik-baik tempat bergantung, sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. Allah Maha Besar, bagi Allah segala puji.

1 comment:

Catatan Perjalanan said...

Cara penulisannya bikin mata sakit, bisa diperbaiki lebih baik kedepannya.